BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesunguhnya tasawuf dalam Islam merupakan pengembangan metode Sufisme, sebagai aliran kebaktian dan mistik dalam tradisi islam, telah menjadi sasaran ketegangan modernisasi yang dialami seluruh dunia muslim. Peningkatan penduduk perkotanan yang cepat, penyebaran pendidikan umum non-religious dan ilmu alam, pengikisdan hirerki keluarga dan sosial perkampungan, penggantian kerajaan dengan kekuasaan rakyat., peningkatan mobilitas dan akses informasi semuanya telah mendatangkan tekanan bagi komunitas muslim sama dengan tekanan yang dialami masyarakat Barat dalam proses industrialisasinya.
Bagi sementara kalangan muslim, sufisme atau tasawuf tidak relevan kepada kemoderenan dan semua yang berkaitan dengan itu, bahkan, sebaliknya sufisme mereka pandang sebagai hambatan bagi kaum muslimin dalam mencapai modernitas dan kemajuan dalam berbagai lapangan kehidupan. Karena itu jika kaum muslimin ingin mencapai kemajuan, maka sufisme dan berbagai bentuknya haruslah ditinggalkan, karena kemunduran dan kelatarbelakangan kaum muslimin adalah karena mereka terperangkap ke dalam berbagai praktik sufistik memabukkan, yang membuat mereka lupa pada dunia.
Pandangan ini, yang menempatkan sefisme sebagai tertuduh, bahkan suatu hal yang baru. Bahan sejak bermulanya praktik-praktik sufistik di awal islam, kaum muhaddistin dan fuqoha’ memandang sebagai tidak sesuai dengan sunah nabi, eksesif dan spekulatif dalam hal menyangkut tuhan.
Bahkan kebangkitan modernisme dan reformasi islam sejak abad ke 20 menjadikan tasawuf sebagai salah salah satu sasaran pembaharuan dan pemurnian islam. Bagi para pemikir dan aktivis modrnis dan reformasi muslim, kaum muslim bisa mencapai kemajuan hanya dengan nmeninggalkan kepercayaan dan praktik sufistik yang mereka pandang bervampur dengan bid’ah khurafat tahayul dan taqlid kepada pemimpin tasawuf dan tarekat.Pandangan-pandangan yang seperti ini tampak perlu dikaji ulang setelah lebih dari setengah abad negara-negara dan masyarakat muslim mengalami modernitas.
Kemudian, bagaimana kehidupan tasawuf di dalam era modern ini? Apakah masih ada eksistensi tasawuf dalam dunia modern? Dalam beberapa pertanyaan tersebutlah yang menjadi beberapa pemikiran sehingga penulis mencoba untuk membahas ke dalam bab-bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf?
2. Apa pengertian masyarakat modern ?
3. Apa saja ciri-ciri masyarakat modern ?
4. Apa saja problematika yang dihadapi masyarakat modern?
5. Apa peranan tasawuf dalam dunia modern?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai pengertian tasawuf .
2. Untuk mengetahuai pengertian masyarakat modern.
3. Untuk mengetahuai ciri-ciri masyarakat modern.
4. Untuk mengetahuai problematika yang dihadapi masyarakat modern.
5. Untuk mengetahui peranan tasawuf dalam dunia modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Dalam mendefinisikan tasawuf, kebanyakan manusia condong pada segi akhlak. Kecenderungan ini telah tersebar, kecenderungan tersebut anatara lain: Pertama: Ketika orang mendengar kata tashawwuf, ia pasti akan memahami makna zuhud, Kedua, orang mencampur adukkan antara orang sufi dan seorang ‘abid (ahli ibadah). Tashawwuf bukan hanya akhlak, kezuhudan dan ibadah, meskipun tasawuf merupakan akhlak yang tinggi dan ibadah semata ia adalah sesuatu yang lain.
Pendapat Al-Junaid, yang terhitung sebagai salah seorang ulama besar dalam hal Tasauf mengemukakan lagi arti tasauf:
Tasauf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menaggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesame ummat manusia, memegang teguh janji kepada Allah dalam hal hakikat, dan mengikut contoh Rosululloh dalam hal syari’at.”
B. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern, Masyarakat adalah suatu unit pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu).
Masyarakat moder adalah masyarakat yang telah mengikuti kemajuan zaman yang bertentangan satu sama lain. Perbedaan” spiritual disebabkan perbedaan mendasar anatar sufime dan postmodernisme dalam melihat peranan” hasrat “ di dalam masyarakat.
Sedangan kata modern di artikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian secara harfiah masyarkat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) sama-sama saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, mereka berbaur dalam suatu komunitas yang dinamakan masyarakat. Pembaruan itu kemudian melahirkan tindakan yang digunakan dan diakui oleh masyarakat secara umum sebagai suatu hal yang sangat positif, inilah yang nantinya akan menghasilkan kebudayaan.
Pada perkembangan berikutnya manusia selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya mengakui perubahan sikap dan tingkahlaku yang disebabkan adanya interaksi dalam hidup bermasyarakat dan perubahan pada diri baik secara lahiriah yaitu dengan adanya perubahan bentuk tubuh (pertumbuhan) maupun batiniah yaitu perubahan sikap dan tingkah laku yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersangkutan.
C. Ciri-ciri zaman modern
Sebenarnya zaman modern ditandai dengan dua hal sebagai ciri, yaitu :
1. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ciri-ciri masyarakat modern adalah sebagai berikut:
1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendaat akal pikiran, daripada pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh
3. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatuyang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
4. Bersikap terbuka, uyakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya
5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat.
Manusia modern idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestionya lebih bijak dan arif, tetapi dalam kenyataanya banyak manusia yang kualitas kemanusiannya lebih rendah dibandingkan kemajuan berfikir dan teknologi yang dicapaiAkibat dari ketidakseimbangan ini kemudian menimbulkan gangguan kejiwaanya.Celakannya lagi, penggunaan alat traportasi dan alat komunikasi modern menyebabkan manusia hidup dalam pengaruh global dan dikehendaki oleh arus. Informasi global, padahal kesiapan mental manusia secara individu bahkan secara etnis tidaklah sama.
D. Kerangka Manusia Modern
Ketidakberdaanya manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar “manusia modern” itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog humanis terkenal. Rollomay disebut sebagai satu derita manusia modern, manusia modern seperti itu sebenarnya adalah manusia yang sudah kehilangan makna. Manusia kosong the hollow man. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Para sosiolog menyebutkan sebagai gejala keterasingan alienasi yang disebabkan oleh :
1. Perubahan sosial yang berlangsung cepat
2. Hubungan hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang
3. Lembaga tradisional sudah berubah menjadi lembaga rasional
4. Masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen dan
5. Stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial.
Manusia modern begitu sibuk dan bekerja keras malakukan penyesuaian diri dengan trend modern. Ia merasa sedang berjuang keras untuk memenuhi keinginannya, padahal sebenarnya mereka di perbudak oleh keinginan orang lain. Oleh karena keinginan sosial.
Ia boleh jadi memperoleh kepuasan, tetapi kepuasan itu sebenarnya kepuasan sekejap, yakni kepuasan dalam mempertahankan prilaku yang dipesan oleh orang lain, ia tak ubahnya pemain sandiwara di atas panggung yang harus tampil prima sesuai dengan printah sudradara, meskipun boelh jadi ia sedang kurang sehat.
E. Ciri- ciri Masyarakat Modern
Sebenarnya zaman modern di tandai dengan 2 hal sebagai cirri, yaitu
1. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri masyarakat modern adalahg sebagai berikut :
1. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran, dari pada pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang, menguntungkan.
2. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu terlihat dampak sosialnyasecara lebih jauh.
3. Menhargai waktu, yakni selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagsan dan perbaikan dari manapun.
5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
F. Problematika Masyarakat Modern
Sikap hidup yang mengutamakan materi (materialistik) memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat (hedonistik) ingin menguasai semua aspek kehidupan (totaliteristik) hanya percaya pada rumus – rumus pengetahuan empiris saja, serta paham hidup positivistis yang bertumpu pada kemampuan akal pikiran manusia tampak lebih menguasai manusia yang memegang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di tangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan. Mereka akan menjadi penyebab kerusakan di daratan dan di lautan sebagaimana di isyaratkan Al-Qur'an (Lihat QS.Al-Rum 30;41), Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut :
1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan
Kehidupan moden antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigms sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Kepribadian yang terpecah (Split personality)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan berkotak-kotak itu, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah (split personality). Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama, maka proses kehancuran pribadi manusia akan terns bedalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut. Semua kekuatan yang lebih tinggi untuk mempertinggi derajat kehidupan manusia menjadi hilang, sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan tetapi jugs kecerdasan dan moral kita.
3. Penyalahgunaan Iptek
Terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa atau bangsa lain.
4. Pendangkalan iman
5. Pola hubungan Materialilstik
6. Menghalalkan segala cars
7. Stress dan Frustasi
8. Kehilangan harga Diri dan Masa Depanya
Problem masyarakat modern menurut erich Fromm, karakter masayarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar dimana keberhasilan seseorang bergantung pads sejauh mana nilai juainya di pasar (1999) masayarakat (manusia) modern mengalami dirinya sebagai penjual sekaligus sebagai komoditas untuk dijual di pasar.
Maka penghargaan atas dirinya ditentukan oleh nilai jualnya yang tinggi dan dihargai di pasar, Akhimnya setipa orang didorong beduang keras menjadi pekeda sukses dan kaya demi penegasan atas keberhasilanya itu. Kemakmuran melambangkan nilai jualnya yang tinggi dan dihargai di pasar. kemiskinan dimaknai sebagai sebaliknya, kebaikan, kejujuran, kesetiaan pads kebenaran dan lkeadailan sipandang tidak bemilai jika tidak memberikan kebenaran manfaat bagi kesksesan dan kemakmuran. Sejauh kondisi ekonominya tidak makmur, dia dinilai belum sukses. Kondisi ini menandakan masayarakat modern mengalami aliensi (keterasingan) mereka menilai manusia tidak lagi berpijak pads kualitas kemanusiaan, melainkan oleh keberhasilanya dalam mencapai kekayaan materil (Fromm,1999) filsafat. Dalam upaya memelihara agar tidak keluar dari koridor Al-Qur'an maka baik Tasawuf maupun Psikologi (Islam) perlu selalu menggali konsep nafs (dan manusia) menurut Al-Qur'an dan hadis.
Tasawuf dan modernitas pada dasamya sejak awal perkembangan isalam gerakan tasawuf mendapat sambutan lugs di kalangan umat islam. Bahkan penyebaran islam di Idonesa lebih mudah berkat dakwah menggunakan pendekaatan tasawuf. Penekanan pads sisi esoteric agama (hal-hal yang bersifat batiniah dari agama) lebih mengunfdang days tarik ketimbang eksoteriknya (Formalitas ritual agama) Salah satunya disebabkan oleh adanya persinggungan antara sisi esoteric dengan pergulatan eksistensi manusia. Kecenderungan aniomisme dan dinamisme (kepercayaan terhadap bends-bends yang mengandung keramat dan ruh-ruh leluhur yang bisa menjadi perantara. kepada Tuhan) misalnya menyiratkan ketertarikan yang besar terhadap sisi esoteric itu. Factor seperti inilah yang mendorong Hamka meneliti Tasawuf sebagaimana ia jelaskan dalam bukunya : "Tidaklah dapat diragui lagi bahwasana tasawuf adalah salah satu pusaka keagamaan terpenting yang mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin (1981;20)
Luasnya pengaruh tasawuf dalam hampir seluruh episode peradaban islam menandakan tasawuf relevan dengan kebutuhan umat islam. Menurut Hamka tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan merupakan jantung dari keislaman.
Dalam masyarakat modem fenomena ketertarikan terhadap pengajian bernuansa tasawuf mencerminkan adanya kebutuhan untuk mengatasi problem alenasi yang diakibatkan modernitas. Modernitas memberikan kemudahan mhidup tetapi tidak selalu memberikan kebahagiaan
Intisari ajaran tasawuf sebagaimana paham mistisme dalam agama-agama lain adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadaranya itu berada di kehadirat-Nya. Upaya ini antara lain dilakukan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan dunia yang senantiasa berubah dan bersifat sementara. Sikap dan pandangan sufistik ini sangat diperlukan oleh masyarakat modem yang mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana disebutkan, asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara ekslusif dan individual, melainkan berdaya apratif dalam meresponi berbagai masalah yang dihadapi.
G. Fungsi Dan Peranan Tasawuf Di Kehidupan Modern
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian diri dan amaliyah-amaliyah Islam. Dan memang ada beberapa ayat yang memerintahkan untuk menyucikan diri (tazkiyyah al-nafs) di antaranya: "Sungguh, bahagialah orang yang menyucikan jiwanya" (O.S. Asy-syam [911:9); "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, den masuklah ke dalam surga-Ku" (OS. Al Fajr: 28-30). Atau ayat yang memerintahkan untuk berserah diri kepada Allah, "Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku den matku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta slam, tiada sekutu bagi-Nye; den demikian itulah yang diperintahkan kepadaku den aku adalah orang yang pertama-tema menyerahkan diri (kepada) Allah" (QS. Al An'am: 162).
Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih den berperilaku baik den mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tharekat atau aliran tasowuf dalam mengisi kesehariannya d1haruskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah den tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah SAW, yang pada dasamya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi di masa remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq, Fathanah, Tabligh, Saber, Tawakal, Zuhud, den terrnasuk berbuat baik terhadap musuh dan lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada jalan yang benar. Perilaku hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah kehidupannya merupakan bentuk praktis dari cara hidup seorang sufi. Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat yang mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya. Ketidak jelasan atas makna dan tujuan hidup ini membuat penderitaan batin. Maka lewat spiritualitas Islam ladang kering jadi tersirami air sejuk dan memberikan penyegaran serta mengerahkan hidup lebih baik dan jelas arah tujuannya.
Penerapan Tasawuf dalam Kehidupan Modem
Manfaat tasawuf bukannya untuk mengembalikan nilai kerohanian atau lebih dekat pada Allah, tapi juga bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia modern. Apalagi dewasa ini tampak perkembengan yang menyeluruh dalam ilmu tasawuf dalam hubungan inter-disipliner
H. Tasawwuf: Penyeimbang dunia Materil dan Spritual
Tasawwuf tidak boleh dilihat hanya berfungsi sebagai pemenuhan kerohanian manusia. Tasawwuf sebenarnya berfungsi sebagai penyeimbang kepada keharmonian hidup manusia. Kemajuan dan pembangunan yang tertumpu pada aspek fisikal dan material akan melahirkan manusia yang berat sebelah (pincang).
Kehidupan modern yang didominasi oleh falsafah materialisme adalah kehidupan yang kasar, kering, penuh dengan konflik, kepentingan, permusuhan dan kebencian. Lebih daripada itu seorang yang materialistik pada kemuncaknya sanggup melakukan perkara yang tidak etis demi memenuhi tujuannya. Ini menunjukkan bahwa sifat materialistik (nafsu) telah memenjarakan dan memperhambakan dirinya. Oleh itu, pada hakikatnya materialisme telah merendahkan martabat manusia menjadi makhluk yang rendah.
Islam, sebagai panduan hidup manusia, telah memberikan jalan keluar bagi kepincangan dan ketidakharmonian kehidupan manusia. Solusi yang diberikan oleh Islam adalah keseimbangan (i‘tidal) antara pembangunan jasmani dan pembangunan rohani, antara keperluan material dan keperluan spiritual.
Walaupun orientalis tidak membedakan tasawwuf dengan mistisisme, namun jelas bahwa terdapat perbedaan yang jelas antara tasawwuf dengan mistisisme. Mistisisme, khususnya yang berkaitan dengan kuasa luar biasa (paranormal) atau ilmu ghaib (occult), muncul setelah tasawwuf awal diselewengkan oleh beberapa aliran tasawuf. Ibn Taymiyyah adalah di antara ulama’ yang terang-terangan menentang penyelewengan kaum sufi di zamannya.
Penilaian kritis terhadap perkembangan tasawwuf juga dilakukan oleh Ibn Khaldun dalam karyanya, Muqaddimah. Setelah mengkaji dengan mendalam, Ibn Khaldun membincangkan perkembangan tasawwuf dengan cukup rinci dan ilmiah termasuk beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh kaum sufi. Beliau menolak pandangan tokoh-tokoh sufi yang menyebabkan seseorang lari dari dunia. Ibn Khaldun (tt: 2005) juga mengatakan bahwa konsep qutb ataupun ra’s al-‘Arifin (maqam yang tertinggi dalam tatanan sufi) adalah konsep yang tidak berasas sama sekali.
Umat Islam sewajarnya adalah umat pertengahan (ummatan wasatan) di antara umat Yahudi yang rigid, literal, menumpukan pada aspek perundangan semata (the ten commandents) dan umat Nasrani yang telah memperkenalkan kerahiban (rahbaniyyah), meninggalkan dunia demi menyucikan diri.
Sejak awal Rasulullah s.a.w. telah memperingatkan bahwa dalam Islam tiada kerahiban: la rahbaniyyata fi al-Islam. Dengan demikian umat Islam terlepas dari satu keburukan yang terdapat dalam agama lain iaitu bid‘ah kerahiban. Rasulullah s.a.w. tidak menyetujui orang yang terus menerus beribadah dengan meninggalkan makan minum, seks dan tidur malam, sebaliknya menyuruh mereka mengikuti sunnah baginda yang menjalani kehidupan seperti manusia biasa.
Di samping itu kekuatan rohani merupakan bekal yang penting dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan tantangan. Seseorang yang hanya dibekalkan dengan kekuatan akal akan rentan kekecewaan dan putus asa, karena tidak semua perkara dapat diselesaikan dengan kemampuan akal manusia. Hakikatnya, para saintis telah mengakui bahwa kejayaan seseorang dalam kehidupan bukan saja ditentukan oleh ketinggian IQ tetapi juga ketinggian EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) atau pun oleh sarjana Muslim disebut sebagai kecerdasan rohaniah (transcendental intelligence). (Tasmara: 2004:61)
Kecerdasan rohaniah mampu membekalkan semangat, kekentalan, kesabaran, keikhlasan, kejujuran, integriti, dsb. Seseorang yang merasakan dirinya dekat dengan Tuhan akan sentiasa berbuat baik, berbakti kepada masyarakat demi mencapai keridhaan Sang Kekasih dan mengharapkan ganjaran-Nya di akhirat kelak. Kecerdasan rohaniah menghasilkan taqwa (self-restrain) yang dapat menghalang seseorang Muslim daripada melakukan perbuatan maksiat, jahat dan tercela walaupun tiada pengawasan dan kawalan luaran.
Tasawwuf tidak memundurkan seseorang. Seseorang yang dekat dengan Allah Swt. adalah orang yang banyak berbuat dan bukan hanya berharap. Ungkapan yang menggambarkan keperibadian para sahabat di zaman Rasulullah s.a.w. adalah mereka itu seperti para rahib di waktu malam dan pasukan berkuda pada waktu siang “ruhbanun fi al-layl wa fursanun bi al-nahar.” Inilah gambaran sebenar seorang Muslim yang benar-benar mengikuti ajaran Islam. Seorang yang dekat dengan Tuhan tetapi juga seorang yang beraksi dan bukan hanya penonton. Seorang Muslim sejati adalah yang memainkan peranan sebagai aktivis, reformis, pengurus, pentadbir, pemikir, pendidik dsb. Mereka adalah golongan yang dirasakan akan kehadiran mereka oleh umat ini dan merasa kehilangan dengan ketiadaan mereka.
Revitalisasi Tasawwuf di Abad Modern
Tasawwuf perlu diperkenalkan semula kepada masyarakat dengan pendekatan yang baru. Pendekatan yang menumpukan pada substansi dan bukannya bentuk (form). Pendedahan yang apresiatif sekaligus kritis perlu diperkenalkan kepada para pendidik. Tidak seperti ilmu Syari‘ah lainnya, tasawwuf adalah ilmu yang mengalami perkembangan yang luas dan terkadang tidak terkawal. Dalam menggambarkan hal ini, al-Attas (2006:96) mengatakan bahwa seseorang itu mesti dapat membedakan antara aspek positif tasawwuf daripada aspek negatifnya. Menurutnya aspek negatif tasawwuf sebenarnya tidak merujuk kepada tasawwuf yang sebenar. Al-Attas (2001: 96) mendefinisikan tasawwuf sebagai pengamalan Syariah dalam maqam ihsan. Baginya tasawwuf membentuk dimensi ruhani Islam di mana organ yang digunakan juga adalah organ spiritual (fu’ad, qalb). Dimensi dalaman ini menuntut seseorang pergi lebih jauh daripada sekedar pengamalan luaran.
Muhammad al-Ghazzali (tt: 103) juga telah mencoba melakukan tajdid terhadap tasawuf. Persoalan utama yang ingin diatasi olehnya adalah bagaimana mengeluarkan tasawwuf dari ‘gua pertapaan’ sehingga ia dapat menjadi kekuatan yang menggerakkan. Muhammad al-Ghazali (tt:104) menjelaskan bahawa konsep ihsan yang ditekankan dalam hadist tidak seharusnya dibatasi pada ibadah khusus saja. Hadist lain menuntut bahwa Allah Swt. mewajibkan hambanya berlaku ihsan pada setiap perkara yang dilakukan.
Berangkat daripada hadist ini Muhammad al-Ghazali (tt: 105) mengatakan adalah tanggungjawab setiap Muslim untuk memastikan segala tindakannya, pekerjaan yang dipilihnya, bidang yang digelutinya dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menjamin kualitas dan tahap kecemerlangan yang tertinggi. Bahkan menurutnya, pelaksanaan fardu kifayah tersebut akan menentukan setiap Muslim dapat melaksanakan fardu ‘ain. Dengan demikian tidak ada alasan umat Islam ketinggalan dalam bidang sains, teknologi, militer, ekonomi dsb. Kerena apabila wujud sikap untuk berbuat yang terbaik (ihsan) dalam melakukan setiap perkara maka umat Islam tidak akan ketinggalan dan mundur seperti sekarang ini (Muhammad al-Ghazali, tt:106)
Di Nusantara, telah muncul seorang ilmuwan besar yang telah mencuba untuk memurnikan ajaran tasawwuf. Hamka (2005:21) menyadari bahawa perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia Islam umumnya telah dipengaruhi oleh ajaran tasawwuf yang menyeleweng. Dalam menanggapi hal ini antara lain Hamka mengatakan:
“Di dalam zaman kekacauan pikiran, lantaran kurang baiknya ekonomi, sosial dan politik; kerapkali timbul kerinduan ummat hendak melepaskan fikiran dari pengaruh kenyataan, lalu masuk ke dalam daerah khayalan Tasauf”.
Menurut Hamka (2005:153), orang pertama yang menyerukan tajdid tasawwuf di Nusantara adalah Ahmad Khatib bin ‘Abdul-Latif al-Minangkabawi yang mengajar di Mekah. Beliau telah menentang keras amalan-amalan ahli tariqat terutamanya tariqat al-Naqshbandiyyah yang menghadirkan guru-guru tariqat ketika permulaan suluk. Menurut ulama’ ini perbuatan seperti itu adalah syirik. Sebagai kesimpulan Hamka menyarankan agar tasawwuf dikembalikan kepada pokok pangkalnya yaitu Tauhid.
Perlu dijelaskan bahwa dalam seseorang itu mempelajari tasawuf di abad modern ini tidak semestinya bertariqat. Karena tasawwuf tidak hanya tertumpu pada zikir, suluk, mujahadah, salasilah dan kuantiti ibadah khusus yang banyak tetapi yang lebih penting adalah pemahaman dan penghayatan terhadap hakikat ajaran tasawwuf. Hakikat tasawwuf ialah hidupnya hati nurani dan jiwa manusia yang senatiasa sadar akan hakikat dirinya, dan hakikat ketuhanan dalam setiap amal perbuatannya (Hamka, 2005: 17). Seorang sufi melihat segalanya berasal daripada Allah Swt, dengan kuasa Allah Swt. dan akan kembali kepada Allah Swt. Seorang sufi tidak terpikir untuk melepaskan dirinya dari tunduk kepada Syariah, justru dia akan sentiasa memelihara diri daripada perkara-perkara yang ditegah oleh Syari‘ah.
Hasan Al-Banna (dalam Hawwa: tt: 116), pengasas al-Ikhwan al-Muslimin, memperkenalkan sistem usrah untuk menjadikan tarbiyyah ruhiyyah sebagai asas pembangunan pejuang dakwah. Jelas sekali bahwa Ia melakukan penggabungan antara tasawwuf dan fiqh al-harakah. Tasawwuf tidak menjadi tujuan tetapi alat untuk membentengi diri dan memperkuat barisan. Tasawwuf yang ingin diketengahkan di sini bertujuan untuk meningkatkan kerohanian dan mendidik jiwa para da‘i sebelum mereka berperanan sebagai pembimbing masyarakat. Sebagai seorang da‘i tasawwuf dapat menjadi sumber kekuatan, semangat dan daya juang yang sangat diperlukan dalam penyebaran dakwah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapan penyusun simpulkan:
Tasauf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang menaggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesame ummat manusia, memegang teguh janji kepada Allah dalam hal hakikat, dan mengikut contoh Rosululloh dalam hal syari’at.”
Masyarakat moder adalah masyarakat yang telah mengikuti kemajuan zaman yang bertentangan satu sama lain. Perbedaan” spiritual disebabkan perbedaan mendasar anatar sufime dan postmodernisme dalam melihat peranan” hasrat “ di dalam masyarakat.
Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih den berperilaku baik den mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam sebuah tharekat atau aliran tasowuf dalam mengisi kesehariannya d1haruskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah den tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah SAW, yang pada dasamya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi di masa remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq, Fathanah, Tabligh, Saber, Tawakal, Zuhud, den terrnasuk berbuat baik terhadap musuh dan lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada jalan yang benar. Perilaku hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah kehidupannya merupakan bentuk praktis dari cara hidup seorang sufi. Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
www.sarjanaku.com/2010/10/tasawuf-masy.
http://Saiful-muarif. blog spot. Com/2010/ 01/ Fungsi – dan – Peranan – tasawuf – dalam. Htm.
http : //sachrony.wordpress.com/2009/03/14/ Tasawuf – dulu – dan – sekarang – sebuah – kebutuhan- spiritual/.
Selasa, 28 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar